Depresiasi Nilai Rupiah terhadap Dolar Diharapkan Tak Berdampak Signifikan pada Industri dan Komoditas Pangan

02-11-2023 / KOMISI XI
Anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Anetta Komarudin. Foto : Dok/Man

 

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) semakin mengalami depresiasi bahkan sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang 2023, yaitu hampir menembus angka Rp16.000/USD, . Anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Anetta Komarudin berharap penguatan harga dolar terhadap rupiah tidak memberikan dampak signifikan pada sektor industri di tanah air. Ia menyebutkan selama masa reses DPR kemarin, pihaknya terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia terkait dengan kondisi ini.

 

“Kemarin kita titik beratkan kepada Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan dan LPS yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan harus terus berkoordinasi supaya penguatan dari harga Dolar ini tidak semakin berdampak kepada sektor industri kita,” tuturnya saat ditemui Parlementaria usai Rapat Paripurna, di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (31/10/2023).

 

Puteri tak menampik masih banyak industri maupun UMKM yang bergantung pada komoditas impor sehingga rentan terdampak oleh fluktuasi nilai mata uang. Disampaikannya, dalam UU Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK) bahwa Bank Indonesia juga memiliki tanggung jawab dalam peningkatan sektor UMKM. Terlebih, Presiden Jokowi juga terus menggaungkan mengenai hilirisasi.

 

“Kita mendorong supaya Bank Indonesia bisa mendorong komoditas yang menjadi substitusi dari barang-barang yang selama ini kita masih impor, yang tentu akan sangat berdampak pada kekuatan harga Dolar ini,” lanjutnya.

 

Politisi Partai Golkar itu lantas memberikan contoh kedelai sebagai komoditi yang pemenuhannya masih tergantung impor. Sebagai bahan baku dari tahu dan tempe yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, menurutnya, jika harga kedelai naik maka bukan tak mungkin akan mempengaruhi pedagang kecil yang berada di hilir

 

“Misalnya kita tarik contoh kedelai. Kedelai itu kebanyakan masih impor dan ini menjadi bahan baku dari makanan staple kita, makanan wajib bangsa Indonesia yaitu tahu tempe. Ini pasti akan berdampak kepada sektor UMKM, warteg dan lain-lainnya. Pengusaha kecil juga pasti nanti akan berteriak itu dikarenakan (adanya pelemahan rupiah) ini. 

 

Sekali lagi, legislator Dapil Jawa Barat VII ini meminta Bank Indonesia untuk terus menguatkan dan membina UMKM agar nantinya bisa bertambah jumlahnya dan nantinya dapat menekan jumlah barang impor, terutama dari sektor makanan dan minuman. 

 

Tak hanya kedelai, bahan baku makanan dan minuman yang masih bergantung pada komoditas impor adalah gandum dan gula. Sektor industri lain yang akan merasakan dampak kenaikan bahan baku impor selain makanan dan minuman adalah industri farmasi atau industri petrokimia hingga tekstil. Selain itu, harga BBM terutama BBM bersubsidi juga bergantung pada kekuatan nilai tukar rupiah. (uc/rdn)

BERITA TERKAIT
Fathi: Transformasi Pembayaran Pensiun Diharapkan Beri Manfaat Lebih Bagi ASN
06-02-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI, Fathi, mempertanyakan rencana transformasi proses pembayaran manfaat pensiun dari Taspen dan Asabri...
Komisi XI Setujui Realokasi & Refocusing Anggaran BS LPS, Demi Penguatan Fungsi Supervisi
03-02-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR RI dengan Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (BS LPS), Komisi...
Komisi XI Dukung Evaluasi Program Strategis Nasional, Dorong Peran Swasta
01-02-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Karawang - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fauzi H. Amro, menegaskan perlunya evaluasi terhadap Program Strategis Nasional (PSN)...
Komisi XI Dukung Efisiensi Anggaran APBN, Maksimalkan Ruang Fiskal
01-02-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, karawang - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fauzi H. Amro, menegaskan bahwa efisiensi anggaran menjadi kewajiban bagi pemerintah...